Nilai adalah sesuatu yang berharga,
bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti
sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia.
Disini satu pandangan yang dapat saya
tangkap dimanna seseorang muslim yang hidup untuk mendapatkan nilai atau suatu
reward yang harus dia dapatkan stelah selama ini dia bekerja dan berusaha.
Ya tentunya itu bukan sesuatu hal yang
aneh dan tidak boleh setiap orang tentu saja ingin mendapatkan hasil atas apa
yang dia lakukan hanya saja islam memandang tentang nilai itu sendiri adalah
sesuatu yang pujian atau ingin di anggap baik yang damapak buruknya kepada niat
, niat yang semata mata bukan karena allah swt .
Nilai-nilai keislaman atau agama mempunyai dua
segi yaitu: “segi normatif” dan “segi operatif”. Segi normativ menitik beratkan
pada pertimbangan baik buruk, benar salah, hak dan batil, diridhoi atau tidak.
Sedangkan segi operatif mengandung lima kategori yang menjadi prinsip
standarisasi prilaku manusia, yaitu baik buruk, setengan baik, netral, setengah
buruk dan buruk. Yang kemudian dijelaskan sebagai berikut:
1. Wajib
(baik)
Nilai yang baik yang dilakukan manusia, ketaatan
akan memperoleh imbalan jasa (pahala) dan kedurhakaan akan mendapat sanksi.
2. Sunnah
(setengah baik) Nilai yang setengah baik dilakukan manusia, sebagai
penyempurnaan terhadap nilai yang baik atau wajib sehingga ketaatannya diberi
imbalan jasa dan kedurhakaannya tanpa mendapatkan sangsi.
3. Mubah
(netral) Nilai yang bersifat netral, mengerjakan atau tidak, tidak akan
berdampak imbalan jasa atau sangsi.
4. Makruh
(setengah baik) Nilai yang sepatutnya untuk ditinggalkan. Disamping kurang
baik, juga memungkinkan untuk terjadinya kebiasaan yang buruk yang pada
akhirnya akan menimbulkan keharaman.
5. Haram
(buruk)
Nilai yang
buruk dilakukan karena membawa kemudharatan dan merugikan diri pribadi maupun
ketenteraman pada umumnya, sehingga apabila subyek yang melakukan akan mendapat
sangsi, baik langsung (di dunia) atau tidak langsung (di akhirat).
(Muhaimin;1993:117)
Kelima nilai yang tersebut diatas cakupannya menyangkut seluruh bidang yaitu menyangkut nilai ilahiyah ubudiyah, ilahiyah muamalah, dan nilai etik insani yang terdiri dari nilai sosial, rasional, individual, biofisik, ekonomi, politikdan estetik. Dan sudah barang tentu bahwa nilai-nilai yang jelek tidak dikembangkan dan ditinggalkan. Namun demikian sama-sama satu nilai kewajiban masih dapat didudukkan mana kewajiban yang lebih tinggi dibandingkan kewajiban yang lainnya yang lebih rendah hierarkinya. Hal ini dapat dikembalikan pada hierarki nilai menurut Noeng Muhadjir, contohnya: kewajiban untuk beribadah haruslah lebih tinggi dibandingkan dengan kewajiban melakukan tugas politik, ekonomi, dan sebagainya. Disamping itu masing-masing bidang nilai masih dapat dirinci mana yang esensial dan mana yang instrumental. Misalnya: pakaian jilbab bagi kaum wanita, ini menyangkut dua nilai tersebut, yaitu nilai esensial, dalam hal ini ibadah menutup aurat, sedangkan nilai insaninya (instrumental) adalah nilai estetik, sehingga bentuk, model,warna, cara memakai dan sebagainya dapat bervareasi sepanjang dapat menutup aurat.
Kelima nilai yang tersebut diatas cakupannya menyangkut seluruh bidang yaitu menyangkut nilai ilahiyah ubudiyah, ilahiyah muamalah, dan nilai etik insani yang terdiri dari nilai sosial, rasional, individual, biofisik, ekonomi, politikdan estetik. Dan sudah barang tentu bahwa nilai-nilai yang jelek tidak dikembangkan dan ditinggalkan. Namun demikian sama-sama satu nilai kewajiban masih dapat didudukkan mana kewajiban yang lebih tinggi dibandingkan kewajiban yang lainnya yang lebih rendah hierarkinya. Hal ini dapat dikembalikan pada hierarki nilai menurut Noeng Muhadjir, contohnya: kewajiban untuk beribadah haruslah lebih tinggi dibandingkan dengan kewajiban melakukan tugas politik, ekonomi, dan sebagainya. Disamping itu masing-masing bidang nilai masih dapat dirinci mana yang esensial dan mana yang instrumental. Misalnya: pakaian jilbab bagi kaum wanita, ini menyangkut dua nilai tersebut, yaitu nilai esensial, dalam hal ini ibadah menutup aurat, sedangkan nilai insaninya (instrumental) adalah nilai estetik, sehingga bentuk, model,warna, cara memakai dan sebagainya dapat bervareasi sepanjang dapat menutup aurat.
Karena
nilai bersifat ideal dan tersembunyi dalam setiap kalbu manusia, maka
pelaksanaan nilai tersebut harus disertai dengan niat. Niat merupakan I’tikad
seseorang yang mengerjakan sesuatu dengan penuh kesadaran. Dalam hal ini
I’tikad tersebut diwujudkan dalam aktualisasi nilai-nilai Islam dalam proses
pembelajaran pendidikan agama Islam. Dalam proses aktualisasi nilai-nilai Islam
dalam pembelajaran tersebut, diwujudkan dalam proses sosialisasi di dalam kelas
dan diluar kelas. Pada hakikatnya nilai tersebut tidak selalu disadari oleh
manusia. Karena nilai merupakan landasan dan dasar bagi perubahan. Nilai-nilai
merupakan suatu daya pendorong dalam hidup seseorang pribadi atau kelompok.
Oleh karena itu nilai mempunyai peran penting dalam proses perubahan sosial.
Nilai Agama berhubungan antara manusia dengan
tuhan,kaitannya dengan pelaksanaan perintah dan larangannya.Nilai agama
diwujudkan dalam bentuk amal perbuatan yang bermanfaat baik didunia maupun di
akhirat,seperti rajin beribadah,berbakti kepada orangtua,menjaga
kebersihan,tidak berjudi dan tidak meminum-minuman keras,dan sebagainnya.bila
seseorang melanggar norma/kaidah agama,ia akan mendapatkan sanksi dari Tuhan
sesuai dengan keyakinan agamanya masing-masing.oleh karena itu,tujuan
norma agama adalah menciptakan insan-insan yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa,dalam pengertian mampu melaksanakan apa yang menjadi
perintah dan meninggalkan apa yang dilarangannya.adapun kegunaan norma
agama,yaitu untuk mengendalikan sikap dan perilaku setiap manusia dalam
kehidupannya agar selamat di dunia dan di akhirat.
Hakekat dalam nilai adalah Sesuatu
yang bernilai sehingga ia disukai itu terbagi pada 3 hal yaitu : dicari untuk
lainnya, dicari karena benda itu sendiri dan dicari untuk tujuan lainnya dan
bersama untuk benda itu sendiri. Maka yang dicari karena benda itu sendiri,
adalah lebih mulia dan lebih utama daripada yang dicari untuk
lainnya. Sebagai contoh dicari untuk lainnya, ialah dirham dan dinar.
Keduanya adalah batu, tak ada gunanya. Kalau tidaklah Allah Ta'ala menjadikan
keduanya untuk memudahkan memperoleh keperluan hidup,maka dirham dan
dinar itu sama saja dengan batu yang terletak di tepi jalan. Yang dicari untuk
benda itu sendiri yaitu kebahagiaan di akhirat dan kesenangan memandang
Wajah Allah swt. Dan yang dicari untuk benda itu sendiri dan untuk
lainnya, seperti : keselamatan tubuh. Keselamatan seseorang itu
-umpamanya- dicari, dari segi, bahwa keselamatan itu, adalah keselamatan
bagi tubuh, dari kepedihan. Dan dengan keselamatan itu, dicari untuk
berjalan dan mencapai maksud-maksud dan hajat keperluan. Dengan pandangan
tersebut, apabila anda perhatikan kepada ilmu, niscaya anda memperoleh
pada ilmu itu sendiri suatu kesenangan. Jadi, ilmu itu termasuk dicari
untuk ilmu itu sendiri. Dan anda peroleh bahwa ilmu itu jalan ke negeri
akhirat, kebahagiaan akhirat dan jalan mendekatkan diri kepada Allah
Ta'ala. Dan tidak akan sampai kepadaNya, selain dengan ilmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar